
Baru-baru ini teman saya menanyakan hal yang bikin saya berbinar-binar.
Ia bertanya, “Apa sih yang bikin kopi itu enak?”
Pertanyaan sederhana. Tapi memang itulah yang kerap bikin orang penasaran. Kenapa jadi banyak orang suka ngopi? (Dengan pertanyaan lanjutan: “Nggak takut sakit lambung?” atau “Nggak pahit?”)
Normal. Semuanya normal.
Semua orang sewaktu pertama kali juga begitu (kecuali dewa kopi).
Banyak sekali yang bisa kita jelajah tentang kopi. Cita rasa, cara seduh, atau peralatan kopi. Ini yang awal. Sangrai, pascapanen, produksi, ini selanjutnya.
Jangan pusing dulu! Mari kita jelajahi saja hal-hal mendasar. Jadi kalau kita melangkah untuk pesan kopi, kita bisa tahu mana yang paling enak.
Saya memutuskan untuk menuliskan dengan cukup rinci tentang hal dasar ini. Semoga membantu kita semua yang cinta kopi.
Karena tema kopi yang mendasar sangatlah penting–dan keren.
Ok, jadi apa pertanyaan mendasar yang biasanya kita temukan? Di rumah, di kedai kopi, atau di kantor. Intinya, di mana saja untuk kopi enak?
Oh, dan tulisan ini jelas bukan idiot. Judul di atas hanya untuk menarik pembaca saja. Tak ada pembaca blog ini yang idiot. Semua sedang belajar tentang kopi. Kita saling membangun pengetahuan agar kita bisa menikmati kopi enak, dan kopi Indonesia terus berkembang. Syukur-syukur bisa menjadi ilmu dan bermanfaat.
Hal Dasar untuk Kopi Enak
Seperti biasa, jika pembaca punya tips lain yang berguna, silakan berbagi di bagian komentar. Saya senang sekali jika Anda mau berbagi pengalaman tentang kopi. Komentar panjang atau pendek tak masalah. Mau tulis essay tentang kopi juga monggo untuk menjelaskan lebih lanjut 🙂
1. Asal daerah kopi
Pastikan si kopi adalah bagian dari kopi yang bermutu. Lebih mantap lagi kalau kopi Indonesia. Negeri kita punya banyak single origin, atau daerah khusus penghasil kopi.
Pilih sendiri favorit Anda. Mungkin bisa dimulai dari daerah asal Anda sendiri?
Asal daerah kopi seringkali berhubungan dengan cita rasa kopi.
Biasanya, kopi Mandailing akan punya badan kopi yang lebih besar. Atau kopi Jawa akan punya kadar keasaman yang lebih tinggi.
Jangan segan bertanya ke barista atau pelayan. Ini informasi dasar yang harus mereka kuasai.
2. Jenis seduhan favorit
Nah, ini yang lumayan banyak hapalannya.
Tapi intinya dua, mesin atau manual. Jika anda suka espresso–si sari kopi–silakan.
Espresso pun banyak turunannya. Ada yang ditambahkan air (Americano), atau susu (latte), maupun susu dan busa (cappuccino).
Jika suka seduh manual, juga banyak metodenya.
Tubruk adalah yang paling jujur. Ada juga french press, tinggal tekan dan tunggu 4 menit.
Jika suka saring tanpa ampas, mintalah dengan pour over, saring kain (layaknya kopi Aceh atau kopitiam), v60, flatbottom, atau chemex.
Lebih gampang lagi, mintalah rekomendasi barista. Biasanya mereka tahu kopi yang kita pilih enaknya harus diseduh apa. Sekali lagi, jangan segan belajar dan bertanya.
Nah, biasanya setelah beberapa kali ngopi, kita punya metode seduh favorit. Tinggal cari tahu pelan-pelan apa bedanya dengan yang lain.
3. Kesegaran
Ini hal yang paling penting, tapi terkadang lupa kita tanyakan dalam proses minum kopi.
Apak, tak beraroma, atau tanpa rasa. Inilah akibat kopi yang tak segar.
Jika membeli kopi di kedai, tanyalah kapan si biji kopi disangrai. Kalau bisa, jangan lebih dari 1-2 bulan.
Kedai kopi yang baik hanya menjual biji kopi sangrai yang segar. Baik untuk dibawa pulang, atau untuk diseduh di tempat.
Baca juga:Â Biji Kopi: Semua yang Harus Kita Ketahui dari Buah hingga Siap Seduh
4. Cita Rasa
Bagian ini juga harus kita pelajari pelan-pelan.
Biasanya ada enam rasa yang terkandung di dalam secangkir kopi: aroma, keasaman (acidity), badan kopi (body), rasa (flavor), sisa rasa (aftertaste), dan kemanisan (sweetness).
Jangan takut, untuk permulaan belajar saja dengan teman. Atau googling. Baca artikel. Atau nongkrong dengan barista.
Tanya rasa favorit Anda.
Mau aroma buah? Atau kadar keasaman yang biasa saja? Atau badan kopi/kepahitan yang tinggi? Kopi manis tanpa gula? Bisa!
Walau tak gampang, lama-lama kita akan terbiasa. Juga punya rasa andalan. Tinggal selidiki asal kopi, karakter dan tanya-tanya si tukang seduh. Beres!
5. Harga
Lihat dulu menu baik-baik. Jangan sampai kopi yang Anda pesan bikin kantong kempes.
Warung kopi yang baik seharusnya memberikan harga yang pantas.
Nah, kedai-kedai kopi third wave saat ini banyak yang memberikan harga yang cukup murah (tapi tak murahan) untuk kopi Indonesia yang lezat.
Ada yang pasang harga di kisaran 15 ribu. Ada yang sekitar 20 ribu. Silakan lihat pengalaman saya minum kopi ke kedai-kedai yang saya rekomendasikan.
Sebaliknya, kedai kopi besar dan franchise malah mematok harga  yang lebih mahal. Mungkin karena sewa tempat (terutama kedai yang berada di mal) atau faktor lain.
Khusus untuk kopi luwak, saya tak sarankan. Sudah mahal, rasa ternyata bisa diadu. Banyak kopi lain yang lebih murah dan enak!
6. Kebersihan
Coba cek kebersihan tempat minum kopi Anda. Juga alat-alat seduh. Apalagi kopinya.
Menurut penulis blog ini, “kebersihan adalah sebagian dari kopi enak”.
(Ayo silakan posting gambar kopi di Instagram dengan quote di atas, hehehe)
7. Suhu
Minum kopi haruslah di tempat yang tak panas. Tapi juga tak harus membeku dengan hembusan AC 16 derajat dan fan 5 bar!
Sejuk. Cukup.
Jika terlalu panas, kita tak akan nyaman dalam memesan, menunggu dan menyesap kopi. Di sisi penyeduh, suasana panas akan mengganggu ekstraksi. Apalagi ditambah keringat. Ish!
Interaksi peminum dengan barista pun tak elok dalam suasana panas.
Sebaliknya jika suhu terlalu dingin, kondisi juga jadi sulit. Kopi juga akan terlalu cepat dingin dan asam.
8. Bau
Tempat ngopi juga harus terhindar dari bau-bau yang menyengat. Ini untuk memaksimalkan sensor kita dalam menikmati aroma.
Ada kedai kopi yang memisahkan perokok dan non perokok.
Saya rekomendasikan yang terakhir. Selain agar maksimal menikmati aroma, kita juga nyaman dari bau dan penyakit dari asap rokok.
9. Interaksi
Menikmati kopi enak juga menikmati suasana.
Ada yang menyulap interior tempat ngopi secanggih mungkin. Ada juga yang seminimal mungkin. Yang penting nyaman.
Ada yang menyediakan musik, mulai dari jazz sampai metal. Ada yang sepi.
Semua disesuaikan dengan pengalaman minum kopi yang hendak dicapai.
Dan yang paling penting, interaksi dengan manusia sekeliling. Terutama penyeduh dan yang melayani (jika ada). Percakapan dengan mereka inilah yang membuat kita terus ngopi. Ada yang belajar, penasaran, atau curi ilmu. Biasa…
10. Perut
Yang satu ini pun kita sering lupa. Sebelum minum kopi enak pun, sebaiknya kita isi perut dulu.
Banyak yang salah kaprah termakan iklan. Bangun tidur langsung ngopi.
Jangan!
Makanlah dulu. Kalau tak bisa yang berat, yang ringan. Ini untuk melapisi lambung kita–terutama mereka yang sensitif dengan asam.
Sedikit atau banyak, kopi memang mengandung asam (acidity). Jadi sebaiknya kita melakukan tindakan pencegahan dengan “islam”. Ya, dengan “isi lambung”!
11. Rendah hati
Yang terakhir datang dari diri kita (dan juga yang menyajikan kopi).
Gelombang ketiga kopi saat ini tak ayal juga melahirkan para coffee snobs. Mereka yang mengerti cita rasa kopi (atau sok mengerti?), dan sombong.
Sayangnya mereka yang termasuk golongan ini menganggap mereka yang tak mengerti kopi–atau yang masih belajar–lebih rendah.
Padahal selow aja. Tetaplah rendah hati.
Kalau ada yang tak mengerti, mari tanyakan. Jika butuh menerangkan, jelaskan sebaik-baiknya. Jika tidak tahu, bilang saja demikian. Atau mari cari tahu bersama-sama!
Menurut saya, interaksi rendah hati peminum dan penyaji kopi akan membuat si tempat minum kopi jadi tempat favorit.
Maka dari itu…
Yuk ngopi! Yuk belajar ngopi. Yuk nikmati kopi enak punya Indonesia.
Bisa seduh sendiri.
Bisa belajar dari manapun.
Bisa ke kedai kopi.
Bisa bawa alat seduh ke kantor.
Bisa cari-cari tempat ngopi favorit.
Yuk!
———-
Kredit foto: Wackystuff
Baca sebelumnya:Â Rahasia di Balik Gambar Cangkir Kopi
Atau:Â Kopi Indonesia: Enak, Beragam, Berbudaya
Baca juga bagaimana kerja keras petani Bengkulu mengembangkan kopi di Gunung Kaba: Bengkulu Punya Surga Kopi, Tapi…
at 09:02
Terimakasih informasinya, semoga bermanfaat
at 15:19
..saya suka gaya menulisnya,informatif,Indonesiabngt..he..he..,terus berkarya,maju terus Indonesiaku,…marii dikopi ☕,lanjuuttt..
at 15:39
Menarik dan informatif artikelnya …. Terimakasih
at 09:43
Tulisannya sangat membantu mas, saya pecinta kopi dari kecil tapi hanya sekedar kopi gunting dan setwlah pertama kali mencoba kopi khas dari indonesia pada tahun 2010 saya merasakan hal dan taste berbeda, dan alhamdulillah diawal bulan februari 2018 akhirnya saya memutuskan untuk benar benar nyemplung membuat warung kopi kecil kecilan khas indonesia
at 01:32
Sejak kecil sudah biasa nubruk kopi , kopi dan gula isi air panas aduk, jadi deh … Walau pun dapat oleh2 kopi enak dari banyak tempat tetap saja metodenya sama aja, tubruk lari …. Sekarang, hal ngopi diterjemahkan serumit kata “cinta”.
Terimakasih untuk penulis yg dengan empuk dan renyah menyajikan tulisan ini.
Kata orang akan sulit tidur bila ngopi di malam hari (saya sih tidak) akhir2 ini jadi sulit tidur justru gara2 penasaran dan belajar metode penyeduhan kopi dengan begitu kompleknya cinta eh kopi maksudnya.
Salam kenal, terimakasih untuk pencerahannya.
at 09:28
Bagus bgt ulasannya & jujur
Saya jadi semangat belajar tentang kopi
at 09:32
TERIMA KASIH TULISANNYA. ” JUJUR DAN MANTAP “
at 18:47
Mantap tulisannya…
Sangat mencerahkan…
at 07:33
Ulasannya bener-bener berbeda. Hanya praktisi dan penikmat kopi saja yang paham. Saya sebagai orang awam harus banyak-banyak belajar ilmu kopi dari blog ini. Tengkyu bingit ya ..
at 20:56
Suka dengan tulisannya yang cukup mengadopsi banyak opsi sehingga bisa mengena dibanyak pembaca yang memiliki selera beda.
Terus terang saya sendiri sudah mencoba beberapa metode seduh, dengan V60, Vietnam drip maupun tubruk baik pakai gula, tanpa gula atau pakai susu.
Kopi yang pernah dicoba mulai toraja, gayo, flores dan irian, dari serangkaian percobaan selera saya masih dengan Vietnam drip plus susu, berkali2 dicoba kopi pahit sampai sekarang masih belum bisa menikmati, apakah ada yang salah cara saya membuat atau memang tidak setiap orang bisa beradaptasi.dengan kopi pahit ya ?
Saya mendambakan bisa menikmati kopi pahit bukan untuk keren2an tapi nilai manfaat dan mengurangi resiko diabet.
at 09:38
Coba dengan metode kopi tubruk, dengan di grinding secara medium, dan coba menggunakan biji gayo, karena rasa pahit dari gayo sendiri sangat sedikit cenderung lebih sweet, atau kopi dari gn. Kawi om
at 09:35
Coba ijen natural 15 gram digrinding medium, ditubruk Pakai air suhu 90 derajat C Pada gelas 200ml sampai 3/4 gelas. Pendapat pribadi rasa pahit kopi akan berkurang banyak.
Silahkan bung Eko main-main dengan durasi penyeduhan utk mengatur body/kepahitan rasa kopi.
Tidak Ada rasa kopi yang salah, Cari rasa kopi sesuai dengan selera kita saat mencecapnya…
at 15:14
Wah adem bener baca blog ini, saya pecinta baru di dunia kopi perumahan (bikin kopi di rumah sendiri)
saya lagi belajar metode v60 dan sedang bereksperimen kopi2 indonesia supaya tidak menjadi coffee snoobs, salam kenal bang
at 21:55
Silakan Bung/Nona Robin dan mari terus berbagi!
at 08:19
Tulisan mas tentang kopi ini sangat menarik. Saya banyak belajar dari siapa saja..suka minum kopi tampa gula tapi masih suka minum kopi ditambah gula sedikit, walau temen barista menganggap itu kurang keren..yang keren katanya yang tanpa gula.. 🙂 …but i don’t care ..bagi saya pake gula atau susu kental manis adalah salah satu citarasa sajian kopi.
at 21:43
Saya rasa juga nggak papa mas. Tanpa gula itu kan untuk menghargai kopinya yang dari sananya sudah baik, atau menjaga cita rasanya tidak rusak kalau dicampur/ditambah dengan bahan lain. Namun kalau suka dengan gula, preferensi, tidak masalah menurut saya – jangan sampai minum kopi jadi tidak nyaman 🙂
Cuma jangan banyak-banyak mas, takut diabetes dan penyakit lain karena kelebihan gula hehe…
at 19:38
Trims..artikel..keren dan bisa langsung disruuput..bagi ilmu apa yg hatus disiapin buat coffe shop..idiot bgt ni..ttg kopi..trims.
at 13:39
Wah saya juga harus belajar nih mas kalo buat coffee shop 😀 yuk mari kita belajar bareng!
at 22:12
Wah memang kopi Indonesia beragam dan enak2. Makasih tipsnya mas. Mari nikmati kopi Indonesia. Salam kenal.
at 08:25
Salam kenal mas Febriyan… Mari ngopi pagi mas… 🙂
at 19:16
Gan…mungkin bisa bikin tips kopi apa yang cocok buat kita. Terutama untuk mengatasi atau menjawab trivia ini:
1. Kopi yang bisa dipake untuk bergadang. Kopi jenis apa, dan apa penjelasan ilmiahnya? Seduhan apa yang paling pas?
2. Kapan dan bagaimana saat yang pas untuk mencicip gayo, toraja, etc…apa pendamping yang cucok.
at 19:25
Berat gan pertanyaannya…
1. Untuk begadang biasanya selalu diasosiasikan dengan kafein ya. Karena kafein kan merangsang saraf pusat, kita lebih alert dan efeknya memompa energi. Nah, logikanya konsumsi kopi yang kadar kafeinnya tinggi. Dalam hal ini, kafein robusta > arabica.
2. Nggak ada panduan yang saklek ya. Selera aja… Atau bisa direnteng dengan makanan pendamping yang cita rasanya nyambung. Nah, masalahnya, cita rasa si kopi kan berubah-ubah juga… Hehehe
at 08:13
Keren postinganya pak,haha kata katanya juga ringan dan ramah, hehe,udah nyoba ngopi ditemani dengan singkong goreng belum pak?? Kalo blm sekali2 bisa dicoba, mantap pkoknya hehe
at 17:05
Singkongnya direbus dulu Mas, baru digoreng. Wih, empuk, puk, puk… Minum air putih dulu lalu ngopi. Sedap Mas Wahyu!
at 10:36
numpang nimbrung..
betuul banget..
minum kopi di temani singkong goreng,apa lagi pas masih anget gitu..
sederhana sekali tapi bikin kangen..