
Tingginya curah hujan di Bengkulu mengakibatkan bunga kopi berguguran. Imbasnya, produksi tahun 2017 lalu hanya mencapai 20% dari produksi normal. Kredit: Instagram @spipetani
Perubahan iklim global secara langsung berpengaruh terhadap produksi kopi di dunia, termasuk Indonesia. Kiat-kiat untuk menghadapi dan meminimalisir dampak dari perubahan iklim memang ada, tapi intinya tetap tidak menguntungkan bagi petani kecil.
Climate Institute, dalam laporannya, menyebutkan bahwa perubahan iklim akan mengurangi wilayah yang cocok untuk produksi tanaman kopi pada tahun 2050. Menghadapi kondisi tersebut, pada satu sisi, korporasi kopi sepertinya tidak memiliki kendala terlalu berarti (karena mereka dengan gampang bisa melakukan diversifikasi pemasok). Akan tetapi di satu sisi lainnya, keadaan ini jelas akan mempengaruhi lebih dari 120 juta masyarakat miskin di dunia, yang menggantungkan hidupnya pada pasokan kopi sebagai mata pencaharian.
Lebih lanjut, berikut adalah hal-hal yang patut diketahui terkait hubungan antara perubahan iklim dan produksi kopi:
1. Perubahan iklim menimbulkan masalah bagi petani kopi
Steven Macatonia, salah satu pendiri Union Hand-Roasted, sebuah startup penyangrai, menyebutkan bentuk-bentuk perubahan iklim, seperti curah hujan yang tidak menentu dan meningkatnya suhu bumi memicu munculnya lebih banyak hama bagi tanaman kopi, dan mempengaruhi kualitas kopi yang dihasilkan;
2. Petani kopi tradisional menjadi pihak yang paling dirugikan
Petani tradisional, yang masih bergantung pada kekuatan alam (seperti ketersediaan matahari, juga curah hujan) dalam memproduksi kopi, menjadi pihak yang paling dirugikan karena iklim berubah-ubah sesukanya. Efeknya, produksi kopi sering meleset dari perkiraan, dan harga kopi menjadi jauh lebih mahal. Ini sudah terjadi di banyak daerah penghasil kopi di Indonesia. Musim ini panen besar, musim depan belum tentu;
3. Akan tetapi, ada langkah-langkah yang dapat diantisipasi
Aaron Davis, peneliti di Royal Botanic Gardens, menyebutkan langkah pertama yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi perubahan iklim, adalah dengan memahami iklim lokal, dan regional di wilayah tempat tanaman kopi berada.
Dengan berinvestasi pada peralatan pemantauan iklim sederhana, produsen kopi dapat menilai kinerja panen setiap musim sehubungan dengan variabel iklim dan rata-rata iklim jangka panjang. Hal ini dapat meminimalisir resiko, termasuk upaya petani untuk beradaptasi dengan pola cuaca yang berubah. Selain itu, Davis juga menyebutkan pengelolaan irigasi, pohan naungan dan mulsa, serta penggunaan terasering juga dapat menjadi pilihan dalam mengantisipasi perubahan iklim. Bahkan, pergeseran produksi dari varietas Arabika ke Robusta juga layak untuk dipertimbangkan. Ulang sekali lagi biar jelas: ganti tanam dari arabika yang rentan ke robusta yang cenderung tahan adalah pilihan bertahan dalam era perubahan iklim!;
4. Petani membutuhkan perlindungan dari tidak stabilnya kondisi finansial

Beras kopi hasil panen yang terlihat rusak akibat hama yang menyerang pohon kopi. Kredit foto: Instagram @fajar_angga_kusuma
Waini yang penting: Meningkatnya risiko yang dihadapi petani akibat perubahan iklim, mengharuskan petani memperbaiki keterampilan dalam hal manajerial, seperti manajemen risiko, kendali pembiayaan, dan hal-hal manajerial lainnya. Menurutmu ini cukup nggak di negeri kita?
Ada satu solusi segi finansial lainnya menurut Hugo Vilella, spesialis agribisnis di Oikocredit. Solusi ini adalah berusaha kopi melalui fair trade. Menurut dia, jika ekonomi petani kopi diolah melalui fair trade, volatilitas harga akibat perubahan iklim dapat diredam. Mungkin karena idealnya komunikasi dan renteng hasil produksi bisa jadi diatur lebih baik dengan sistem ini.
Tapi dalam praktiknya, hal ini sangat sulit mengingat hanya sebagian kecil dari produsen kopi yang dapat mengakses fair trade karena tak semua produsen kopi memegang sertifikat yang digadang-gadang lebih setara atau adil ini;
5. Perkembangan teknologi belum tentu menjadi solusi
Pada poin ketiga kita melihat penekanan atas upaya antisipasi perubahan iklim dengan bantuan teknologi. Akan tetapi, penggunaan teknologi seperti penginderaan jarak jauh, data satelit, dan hal-hal mutakhir lainnya jelas tidak dapat diakses oleh semua pihak. Lagi-lagi, petani tradisional menjadi pihak yang ‘kurang beruntung’.
Sebagai negara yang dianugerahi kenekaragaman jenis kopi, tentunya muncul pertanyaan: patutkah kita (di Indonesia) khawatir dengan ancaman perubahan iklim? Jawabannya, jelas.
Di Indonesia sendiri, dampak dari perubahan iklim terhadap produksi kopi nasional sudah dapat kita lihat pada tahun 2017 lalu. Terjadi penurunan produksi di daerah-daerah penghasil kopi nasional, seperti di Bandung, Bengkulu, sampai di Manggarai dalam jumlah yang cukup memprihatinkan. Di Bengkulu, misalnya, petani kopi mengeluhkan curah hujan yang intensitasnya sangat tinggi, sehingga bunga kopi berguguran dan berdampak pada panen kopi yang hanya 20 persen dari panen biasanya.
Artikel ini disadur dari artikel The Guardian di sini.
at 12:48
Mantab terimakasih sharingnya. Boleh mampir di web kami https://allnesiacoffee.com/
at 13:11
Makasih Kak buat tulisannya sangat bermanfaat. Mampir juga di artikel ku yu Kak di https://hubstler.com/harus-tau-manfaat-kopi-untuk-kesehatan-tubuh/ ☺️