
Jangan sembarang pergi ngopi jika ke Amsterdam. “Coffee shop” di sana bukanlah tempat ngopi–melainkan…
Ganja, aka mariyuana aka setun memang legal di Amsterdam. Di seantero kota, cannabis bebas dihajar di tempat-tempat tertentu. Nah, tempat nongkrong mengisap ganja inilah yang dipanggil “coffee shop”.
Saat pertama kali googling untuk benar-benar mencari kedai kopi di Amsterdam, saya sungguh kaget 🙂
Henk de Vries, salah satu pemilik Bulldog Havri, tempat ngeganja paling ciamik se-Amsterdam, menyatakan bahwa tempat ngeganja ala Amsterdam ini sebenarnya ingin menyerap atmosfer kedai kopi.
“(Kita ingin) seperti nongkrong di ruang tamu,” kata dia. Frasa “coffee shop” sendiri ditemukan karena karakter internasionalnya. Siapa yang tak paham frasa itu untuk tempat nongkrong?
Contoh konkretnya ya saya sendiri, googling “coffee shop”.
Tapi pengalaman saya jadi unik ‘kan? Cari kedai kopi beneran, malah dapat pengetahuan baru.
Jadi di mana tempat ngeganja–eh, ngopi paling asyik se-Amsterdam?
Tentunya semua “coffee shop” untuk berganja saya singkirkan dulu dari daftar. Berikut ini sejumlah kedai kopi jika Anda punya cukup waktu di kota Amsterdam. Tips saja: kota ini sebenarnya kecil, jadi jika Anda mau berpesiar mengelilingi 4-5 kedai kopi dalam sehari, sebenarnya sangat mungkin.
Sweet Cup
Sebungkus sisa kopi sangrai berpindah pemilik hari itu. Di siang menuju sore yang hiruk-pikuk di Amsterdam, para turis bergegas ke tempat wisatanya. Saya, saya cuma menuju ke belakang hotel. Di belakang hotel inilah ada tempat ngopi asyik ala ombak ketiga.
Sebungkus kopi sangrai yang sudah saya seduh hampir seminggu itu saya berikan si Mbak-mbak penjaga lapak Sweet Cup. Ia lalu membuka kemasan Sunda Hejo tersebut, dan seperti menirukan meme “close enough”, ia menerima pemberian tamu tak diundang tersebut.
Lapak ngopi kecil itu bernama Sweet Cup. Meja dan sofa kecil ada di teras menghadap jalan. Lalu kita masuk ke ruangan kecil sekira 4×6 meter dengan meja panjang, meja kasir di ujung dan mesin sangrai di sebelah kiri.
Sebelah kanan kita adalah tumpukan teh dan kopi specialty dari berbagai daerah di dunia. Di antaranya, teronggok gitar kopong dan seekor anjing yang sedang tidur.
Lalu si Mbak-mbak menanyakan pesanan saya.
“Filter,” kata saya.
“Which one?,” susul dia cepat.
“Your recommendation,” saya tak kalah sigap.
“Ah, that’s not how it works here,” kata dia lagi.
Ha? Salah dong?
Si Mbak-mbak berambut coklat ini langsung mengeluarkan sekitar delapan bungkus kopi sangrai.
Jadi, cara Sweet Cup untuk pesanan kopi saring adalah si pelanggan yang pilih sendiri. Kita tak tahu kopi apa yang kita pilih–kita cuma tahu wangi dan penampakan sekilasnya. Ia lalu membantu membuka bungkus-bungkus kopi tersebut untuk saya hirup satu-satu. Saya pilih yang menurut saya beraroma paling manis dan elegan.
Tak lama kemudian, seduhan kopi saring via v60 pun datang.
Volumenya cukup besar. Sayangnya saya tak sempat menanyakan rasio kopi dan airnya. Ramuan kopi ini pun bersuhu cukup panas. Saat saya coba cicip, lidah saya langsung refleks menolak.
Setelah diangin-anginkan sejenak (diselingi foto-foto lingkungan sekitar kedai), rasa yang keluar adalah manis, dengan badan kopi yang cukup kuat dan asam tipis jeruk keprok. Berry dan manisan buah kering juga sedikit meningkahi.
Ternyata setelah ramuan kopi di gelas kandas, kita baru diberi tahu kopi apa yang barusan kita minum.
Dan kopinya adalah… (drum roll)
Kopi Kenya Kigwandi dengan saring v60 di Sweet Cup
Harga: €3.5
Twitter: @sweetcupcafe, Instagram: @sweetcuproastery, http://www.sweetcupcafe.com/
Lange Leidsedwarsstraat 101L, 1017 NJ Amsterdam, Netherlands (peta)
Screaming Beans
Saya lalu beranjak ke beberapa blok sebelah, sambil ngeceng melihat kanal.
Jadi jangan takut tersesat di Amsterdam. Selain kotanya kecil, kita juga selalu bisa mematok arah dari kanal (aliran air seperti sungai yang membelah kota–ini sistem pengairan dan tata kota yang baik). Karena sebenarnya, Amsterdam adalah kota dengan lapis kanal membentuk jaring laba-laba. Jadi tinggal hapalkan arah dan nama kanal patokan. Tapi jangan sombong juga: siapkan juga peta dan sesekali lihat Google Maps.
“Coffee shop” selanjutnya yang saya singgahi bertajuk Screaming Beans. Tempatnya lebih seperti cafe dan lebih modern. Kalau tidak salah, ini adalah cabang kedua di kota Amsterdam ini.
Saya langsung berhadapan dengan anak-anak muda yang enerjik. Tak sulit melafalkan cortado, juga tak sulit menghabiskannya: ia cuma potongan espresso dengan sedikit susu.
Ya, untuk berjalan melangkahi kanal-kanal, mungkin saya butuh sedikit tembakan kafein.
Cortado, ramuan kopi versi Spanyol, berasa krim dan manis. Di mulut, walau dosis espressonya keras, ia tetap nyaman dengan badan kopi medium, rasa karamel dan hampir tak ada keasaman.
Selain tempatnya yang lebih menyerupai restoran, gaya pemesanan di Screaming Beans juga lebih cepat. Tak seperti di Sweet Cup, kita paling bertukar bicara sekitar 3-4 kalimat saja. Mungkin karena di sini pelanggan lebih suka memesan seduhan dari espresso.
Namun Screaming Beans juga menyediakan biji kopi, bahkan kaos-kaos bertuliskan misi kopi mereka. Dari desain interior hingga merchandise, hampir seluruhnya menggunakan warna-warna kayu dan gelap.
Cortado di Screaming Beans
Harga: €2.6
www.screamingbeans.nl
Hartenstraat 12, 1016 CB Amsterdam, Netherlands (peta)
Nel
Yang satu ini bukan tempat khusus ngopi. Bukan pula coffee shop benar yang menyajikan ganja. Ia adalah restoran–yang menurut saya cukup fancy.
Di Nel akhirnya saya membuktikan artikel ini.
Nel sedang jadi salah satu tempat makan yang sedang hits di Amsterdam. Ia mengambil lapak di pinggir kanal–di halaman yang menyatu dengan sebuah gereja. Harga (katanya) tak terlalu mahal, makanan enak, tempat artsy nan cozy, plus ada musik jazz gratis di malam tertentu.
Makanannya memang enak. Contohnya salmon ini. Yum!
Atau daging kambing muda dengan ramuan rempah dan sayur ini. Slurp!
Namun, kopinya penuh dengan busa, saudari-saudara.
Kelihatannya mereka berusaha keras untuk mendapatkan kopi yang hebat. Mereka ambil campuran kopi sangrai dari startup di Amsterdam yang kira-kira cukup oke.
Sayangnya, pengolahan hingga jadi secangkir kopi mereka salah besar. Pun seduhan espresso, susu dan busa tersebut sungguh panas. Kopi pun terasa gosong.
Untuk penutup, jelas kopi ini sulit diterima. Makanya, kalau tak niat menghadirkan kopi enak ke pelanggan, ya tak usah sekalian.
Demikian yang sering terjadi di tempat-tempat makan di seluruh dunia.
Maklumat ini sebaiknya jadi perhatian bagi pembaca yang terkait dengan bisnis restoran dan kawan-kawannya.
Cappuccino di Nel
Harga: €29.5 (dengan pembuka, makanan inti dan kopi sebagai penutup)
Amstelveld 12 1017 Amsterdam, Netherlands (peta)
===
Ada rencana ke Amsterdam? Atau sudah pernah ngopi-ngopi di kota kanal ini? Mohon bagi pengalaman Anda di bagian komentar ya 🙂
=====
Baca sebelumnya: Tebet, Kopikina dan 50 Kopi Enak Se-Indonesia
Atau: Kopi Indonesia: Enak, Beragam, Berbudaya
Berikan Komentar Anda